Hidup ini bukan taman bunga yang selalu harum, melainkan arena yang penuh debu, luka dan air mata. Mental petarung bukan lahir dari tawa di ruang pesta, tapi dari tangisan sunyi di kamar gelap yang tak seorang pun tahu. Ia adalah jiwa yang ditempa badai, disakiti, dihancurkan berkali-kali, namun tetap memilih berdiri dengan kepala tegak, bukan tunduk meratap. Mental petarung adalah keberanian untuk menyapa luka sebagai sahabat, bukan musuh. Seperti kata Rumi: “Luka adalah tempat dimana cahaya masuk ke dalam dirimu” (The wound is the place where the light enters you). Artinya, penderitaan bukan akhir, melainkan pintu masuk bagi kesadaran yang lebih tinggi.
Ciri-ciri mental petarung: Ia berani tersenyum saat hati penuh luka, sebab ia tahu setiap air mata adalah pupuk bagi kekuatan jiwa. Ia tidak berhenti hanya karena terjatuh, sebab ia paham bahwa jatuh bukanlah kegagalan, melainkan bagian dari perjalanan. Ia tidak iri pada orang lain, sebab ia yakin pertarungan terbesar adalah melawan dirinya sendiri
Seperti kata Friedrich Nietzsche: “Siapa yang memiliki alasan untuk hidup, ia akan mampu menanggung hampir segala cara.” (He who has a why to live can bear almost any how). Maknanya, petarung sejati bukan yang paling kuat ototnya, tapi yang paling kokoh tujuan hidupnya. Mental petarung adalah mental yang sabar tanpa putus asa, kuat tanpa sombong, berani tanpa congkak dan setia tanpa menyerah. Ia adalah jiwa yang memilih membalas kebencian dengan kebaikan, karena ia tahu bahwa kemenangan sejati bukanlah mengalahkan orang lain, melainkan menguasai diri sendiri.
# Rahasia kehidupan adalah jatuh tujuh kali dan bangkit delapan kali.” - Paulo Coelho